secretgardencafe.net

Ivan Rakitic Pensiun, Gantung Sepatu di Usia 37 Tahun

Ivan Rakitic Umumkan Pensiun, Selamat Tinggal Maestro!

 

Satu lagi maestro lini tengah dari generasi emas sepak bola Eropa memutuskan untuk menggantung sepatunya. Pada 8 Juli 2025, melalui sebuah pengumuman yang emosional, Ivan Rakitic pensiun dari dunia sepak bola profesional pada usia 37 tahun. Keputusan ini menandai akhir dari sebuah karier yang luar biasa, yang membawanya dari lapangan di Swiss hingga ke puncak tertinggi sepak bola dunia bersama Barcelona dan tim nasional Kroasia.

Bagi para penggemar sepak bola, kabar Ivan Rakitic pensiun membawa perasaan campur aduk. Ada rasa sedih karena tidak akan lagi menyaksikan umpan-umpan presisi dan tendangan geledeknya di lapangan hijau. Namun, ada juga rasa hormat dan terima kasih yang mendalam atas semua dedikasi, kerja keras, dan momen-momen magis yang telah ia berikan selama lebih dari dua dekade. Rakitić akan selalu dikenang sebagai gelandang komplet: elegan dalam mengolah bola, cerdas dalam membaca permainan, dan pekerja keras yang tak kenal lelah. Mari kita napak tilas perjalanan karier salah satu gelandang terbaik di eranya ini.

 

Profil dan Sepak Terjang Ivan Rakitic: Maestro Kroasia Berdarah Swiss

Untuk memahami kehebatan Rakitic, kita perlu melihat perjalanannya yang unik. Ia lahir di Rheinfelden, Swiss, pada 10 Maret 1988, dari orang tua asal Kroasia yang bermigrasi untuk bekerja. Bakat sepak bolanya ditempa di Swiss, di mana ia meniti karier junior hingga menembus tim utama FC Basel. Penampilan cemerlangnya di Liga Swiss membuatnya dilirik oleh klub Bundesliga, Schalke 04, yang menjadi panggung pertamanya di liga top Eropa.

Meskipun lahir dan besar di Swiss dan bahkan sempat membela timnas junior Swiss, hati Rakitic selalu terpaut pada tanah leluhurnya. Ia membuat keputusan besar di awal kariernya untuk membela tim nasional Kroasia, sebuah pilihan yang kelak akan membawanya menjadi pahlawan nasional. Di atas lapangan, Rakitic adalah definisi gelandang modern yang komplet. Ia bukan sekadar “nomor 10” yang menunggu bola, ia adalah seorang motor box-to-box yang ada di mana-mana. Kemampuannya mendistribusikan bola dengan umpan-umpan panjang yang akurat, dikombinasikan dengan tendangan jarak jauh yang keras dan terukur (yang sering disebut “Rakit-shot”), menjadikannya ancaman konstan. Namun, yang paling menonjol adalah etos kerja dan kecerdasan taktikalnya. Ia adalah pemain yang membuat rekan-rekan setimnya terlihat lebih baik.

 

Puncak Karier di Barcelona: Trio Lini Tengah Legendaris

Puncak absolut dari karier klub Ivan Rakitic terjadi saat ia bergabung dengan FC Barcelona pada tahun 2014. Ia datang dengan beban yang sangat berat: menjadi bagian dari regenerasi lini tengah yang sebelumnya dikuasai oleh duet legendaris Xavi Hernández dan Andrés Iniesta. Banyak yang meragukan apakah ia bisa mengisi sepatu sebesar itu. Namun, Rakitić menjawab semua keraguan dengan cara yang brilian. Ia tidak mencoba menjadi Xavi baru; ia menjadi Ivan Rakitić yang sesungguhnya.

Pada musim pertamanya (2014-2015), ia langsung menjadi pilar tak tergantikan di lini tengah bersama Iniesta dan Sergio Busquets, membawa Barcelona meraih treble winner (LaLiga, Copa del Rey, dan Liga Champions). Momen paling ikoniknya tentu saja saat ia mencetak gol pembuka di final Liga Champions melawan Juventus, sebuah gol yang membuktikan mental juaranya di panggung terbesar. Selama era keemasan trio “MSN” (Messi, Suárez, Neymar), Rakitić adalah “ruang mesin” yang bekerja tanpa lelah. Ia memberikan keseimbangan, energi, dan kedisiplinan taktis yang memungkinkan para superstar di lini depan untuk bebas berkreasi. Ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa di salah satu tim terhebat dalam sejarah sepak bola.

 

Pahlawan di Dua Negara: Kisah Cinta dengan Sevilla dan Timnas Kroasia

Selain Barcelona, ada dua seragam lain yang sangat identik dengan Rakitić. Yang pertama adalah seragam putih Sevilla FC. Di klub Andalusia inilah namanya pertama kali melambung di Spanyol. Pada periode pertamanya, ia dipercaya menjadi kapten dan berhasil memimpin timnya menjuarai Liga Europa. Kecintaannya pada klub dan kota Sevilla begitu dalam, terbukti saat ia memutuskan untuk “pulang” ke Sevilla setelah kariernya di Barcelona usai. Di periode keduanya, ia kembali berhasil mempersembahkan trofi Liga Europa, mengukuhkan statusnya sebagai legenda absolut di klub tersebut.

Sementara itu, di level internasional, Rakitić adalah bagian dari generasi emas tim nasional Kroasia. Puncak perjalanannya bersama “Vatreni” (The Blazers) adalah saat ia dan rekan-rekannya secara heroik berhasil mencapai babak final Piala Dunia 2018 di Rusia. Bersama Luka Modrić, ia membentuk salah satu duo lini tengah terbaik di dunia. Rakitić akan selalu dikenang karena ketenangan dan eksekusi penaltinya yang sempurna di babak adu penalti yang krusial melawan Denmark dan Rusia, yang membawa negaranya terus melaju. Ia adalah seorang patriot sejati yang selalu memberikan segalanya saat mengenakan seragam kotak-kotak kebanggaannya.

 

Keputusan Gantung Sepatu: Alasan di Balik Pensiunnya Sang Gelandang Elegan

Keputusan Ivan Rakitic pensiun di usia 37 tahun adalah sebuah langkah yang bisa dipahami dan sangat dihormati. Setelah menjalani karier yang panjang dan intens di level tertinggi selama hampir dua dekade, dan menutupnya dengan sebuah petualangan di Liga Arab Saudi bersama Al-Shabab, ia memilih untuk berhenti sesuai dengan keinginannya sendiri. Alasan utamanya tentu adalah faktor fisik. Bermain sebagai gelandang box-to-box menuntut stamina dan daya jelajah yang luar biasa, dan tubuhnya mungkin sudah memberikan sinyal bahwa sudah saatnya untuk beristirahat.

Keputusannya untuk berhenti saat namanya masih dihormati sebagai pemain berkualitas adalah sebuah langkah yang bijak, menunjukkan kesadarannya akan waktu. Ini kontras dengan beberapa pemain lain dari generasinya yang masih terus berjuang mencari panggung terakhir. Sebagai contoh, kisah Mario Balotelli yang belum mau pensiun dan masih berhasrat untuk kembali bermain menunjukkan adanya jalan karier yang berbeda. Rakitić, sebaliknya, tampaknya memilih untuk dikenang pada citra terbaiknya sebagai seorang maestro yang tahu kapan harus menutup buku. Selain itu, faktor keluarga juga pasti memainkan peran besar. Kini, ia memiliki lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama istri dan anak-anaknya, yang telah setia menemaninya berpindah-pindah negara demi kariernya. Pengumuman pensiunnya ini menjadi berita besar di Spanyol dan Kroasia. Media Spanyol MARCA , yang telah mengikuti kariernya sejak di Sevilla, mendedikasikan halaman khusus untuk menghormati warisan salah satu gelandang asing terbaik dalam sejarah LaLiga.

 

Ivan Rakitic Pensiun: Warisan Sang Gelandang Elegan

Dunia sepak bola akan merindukan sosok Ivan Rakitić. Ia adalah contoh sempurna dari seorang pemain tim yang paripurna: bertalenta, cerdas, pekerja keras, dan seorang pemenang sejati. Ia telah memenangkan hampir semua trofi mayor di level klub dan menjadi pahlawan bagi dua negara yang ia cintai. Warisannya sebagai seorang gelandang elegan yang mampu menyeimbangkan seni dan kerja keras akan selalu diingat. Saat tirai kariernya resmi ditutup, kita hanya bisa mengucapkan satu hal: Selamat menikmati masa pensiun, Ivan! Hvala (terima kasih) untuk semua sihir dan kenangan indahnya di lapangan hijau.

administrator

Related Articles

Leave a Reply