secretgardencafe.net

Sanjungan Islam Makhachev untuk Dustin Poirier Usai Pensiun

Sanjungan Islam Makhachev untuk Dustin Poirier Usai Pensiun

Islam Makhachev Sanjung Poirier Usai Kalah di Pertandingan Terakhirnya

Di dalam oktagon, mereka adalah dua predator yang bertarung habis-habisan demi supremasi. Namun di luar itu, ada sebuah rasa hormat mendalam yang hanya bisa dipahami oleh para ksatria yang pernah beradu keringat dan darah. Beberapa waktu setelah pertarungan legendaris mereka di UFC 302, dan setelah Dustin “The Diamond” Poirier secara resmi mengumumkan pensiun, sang juara kelas ringan UFC, Islam Makhachev, akhirnya buka suara. Dan kata-kata yang ia ucapkan bukanlah psywar atau sesumbar, melainkan sebuah sanjungan tulus yang menempatkan Poirier di level tertinggi.

Bagi sang juara asal Dagestan yang dikenal dingin dan sangat dominan, pengakuan ini adalah sebuah hal yang langka. Ia tidak hanya memuji Poirier sebagai seorang legenda, tetapi juga sebagai salah satu lawan paling cerdas dan tangguh yang pernah ia hadapi. Pernyataan Makhachev ini menjadi sebuah epilog yang indah bagi karier Dustin Poirier, sebuah pengakuan dari sang “algojo” yang justru semakin mengukuhkan warisan sang “korban”.

 

Profil Singkat Islam Makhachev: Sang Penerus Takhta dari Dagestan

Untuk memahami bobot dari pujian Makhachev, kita perlu tahu siapa dia. Islam Makhachev, lahir di Makhachkala, Dagestan, Rusia, adalah produk murni dari sekolah pertarungan paling ditakuti di dunia. Ia adalah sahabat dan murid langsung dari sang legenda tak terkalahkan, Khabib Nurmagomedov. Seperti Khabib, fondasi bertarungnya adalah Combat Sambo, sebuah disiplin gulat brutal yang ia kuasai hingga level juara dunia.

Sepak terjangnya di UFC adalah sebuah kisah tentang dominasi senyap. Setelah satu kekalahan mengejutkan di awal kariernya, ia kemudian merangkai kemenangan beruntun yang sangat panjang. Gaya bertarungnya adalah mimpi buruk bagi lawan-lawannya. Ia memiliki kemampuan takedown yang tak terbendung, kontrol atas yang menyesakkan, dan kuncian (submission) yang sangat klinis. Di bawah bimbingan Khabib dan pelatih Javier Mendez di AKA, kemampuan striking-nya pun berkembang pesat, membuatnya menjadi petarung yang komplet. Ia merebut sabuk juara kelas ringan dengan mengalahkan Charles Oliveira, dan semakin mengukuhkan statusnya sebagai petarung pound-for-pound terbaik di dunia setelah dua kali mengalahkan Alexander Volkanovski dan menaklukkan Dustin Poirier.

 

Mengingat Kembali UFC 302: Pertarungan Terakhir ‘The Diamond’

Pertarungan antara Islam Makhachev dan Dustin Poirier pada Juni 2024 lalu akan selalu dikenang sebagai salah satu pertarungan perebutan gelar terbaik dalam sejarah kelas ringan. Itu adalah pertarungan klasik antara grappler elite melawan striker elite. Sejak ronde pertama, Makhachev langsung menunjukkan dominasinya di ground, namun Poirier menunjukkan pertahanan takedown dan ketangguhan yang luar biasa.

Berbeda dengan lawan-lawan Makhachev sebelumnya yang seringkali tak berdaya di bawah, Poirier terus berjuang, beberapa kali berhasil kembali berdiri dan bahkan sempat membuat wajah Makhachev terluka dengan pukulan-pukulan tajamnya. Pertarungan berlangsung hingga ke ronde kelima yang menegangkan. Di sinilah Makhachev menunjukkan kelasnya sebagai juara. Ia berhasil mendapatkan kuncian D’Arce Choke yang sangat ketat. Poirier, dengan semangat juang luar biasanya, menolak untuk tap-out (menyerah), hingga akhirnya ia pingsan kehabisan napas. Itu adalah akhir yang brutal namun heroik bagi karier Poirier.

 

Sanjungan dari Sang Juara: Kata-kata Penuh Hormat Makhachev untuk Poirier

Beberapa waktu setelah Poirier resmi mengumumkan gantung sarung tangan, Islam Makhachev memberikan pandangannya dalam sebuah wawancara.

“Orang-orang melihat saya menang malam itu, tapi mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan di dalam oktagon,” ujar Makhachev. “Dustin Poirier adalah lawan yang sangat-sangat tangguh. Pukulannya sangat tajam dan dia sangat cerdas. Saat saya mencoba melakukan takedown, pertahanannya sangat kuat. Saya harus mengubah strategi beberapa kali.”

Ia kemudian menambahkan pujian tertinggi. “Dia punya hati seorang singa. Saat saya mendapatkan kuncian itu di ronde kelima, saya bisa merasakan dia tidak mau menyerah sedikit pun. Saya tahu saya harus menyelesaikannya dengan sempurna, karena jika tidak, ia akan lolos dan terus bertarung. Saya sangat menghormatinya. Dia adalah legenda sejati, dan UFC akan terasa berbeda tanpanya. Dia tidak butuh sabuk juara untuk membuktikan kehebatannya.”

 

Warisan Dustin Poirier: Lebih dari Sekadar Sabuk Juara

Pujian dari Makhachev ini menggarisbawahi warisan Dustin Poirier yang sesungguhnya. Meskipun ia tidak pernah berhasil merebut sabuk juara UFC yang tak terbantahkan, ia akan selalu dikenang sebagai “Juara di Hati Para Penggemar” (The People’s Champ). Kariernya dipenuhi dengan pertarungan-pertarungan legendaris yang penuh aksi dan darah melawan nama-nama besar seperti Justin Gaethje, Max Holloway, Conor McGregor, dan Eddie Alvarez.

Warisan Poirier sebagai seorang entertainer dan petarung sejati adalah hal yang membuat para penggemar begitu mencintainya. Ia adalah bagian dari fenomena di mana olahraga tinju (dan MMA) menjadi hiburan yang melampaui sekadar adu fisik. Karakter, cerita, dan semangat pantang menyerah di balik pertarungan seringkali sama pentingnya dengan hasil akhirnya. Selain itu, warisannya juga terukir di luar oktagon melalui yayasan amalnya, “The Good Fight Foundation“, yang telah membantu banyak komunitas di kampung halamannya, Louisiana. Untuk melihat kembali perjalanan karier Dustin Poirier yang luar biasa, daftar lengkap pertarungannya dan statistiknya bisa diakses di situs resmi UFC . Setiap laga dalam daftar tersebut adalah bukti dari semangat juangnya.

 

Sanjungan Tulus Islam Makhachev: Hormat di Atas Segala Rivalitas

Pada akhirnya, sanjungan tulus dari Islam Makhachev menjadi penutup yang paling pas untuk karier gemilang Dustin Poirier. Ini adalah sebuah pengingat bahwa di balik olahraga yang keras dan seringkali brutal ini, ada sebuah kode ksatria yang tak tertulis. Rasa hormat yang didapatkan dari lawan terberatmu seringkali menjadi pencapaian yang lebih berharga daripada medali emas atau sabuk juara yang melingkar di pinggang. Satu legenda telah beristirahat, dan satu legenda lain melanjutkan takhtanya sambil memberikan salut tertinggi. Itulah esensi sejati dari seni bela diri campuran.

administrator

Related Articles

Leave a Reply