Perbasi Beri Tantangan, Mampukah Yogyakarta Lahirkan Lagi Pebasket Nasional?
Sebuah “tamparan” sekaligus tantangan dilayangkan oleh Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) kepada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Wilayah yang pernah dikenal sebagai salah satu gudang talenta pebasket nasional ini kini dinilai mengalami kemunduran dalam hal pembibitan atlet. Perbasi pusat secara terbuka menantang kepengurusan baru Perbasi DIY di bawah pimpinan KPH Purbodiningrat untuk bekerja keras. Mereka juga diminta mengembalikan marwah Yogyakarta sebagai salah satu episentrum bola basket di Yogyakarta.
Tantangan ini menjadi agenda utama dalam Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) Perbasi DIY yang digelar baru-baru ini. Ini bukan sekadar kritik biasa. Ini merupakan sebuah panggilan serius untuk melakukan evaluasi total dan merumuskan kembali strategi pembinaan dari level paling dasar. Mampukah Kota Gudeg menjawab tantangan ini dan kembali melahirkan nama-nama besar di panggung basket nasional?
Kilas Balik Kejayaan dan Kondisi Terkini Olahraga Basket di Yogyakarta
Untuk memahami konteks tantangan dari Perbasi pusat, kita perlu melihat kembali sejarah basket di Yogyakarta. DIY memiliki sejarah yang sangat kaya dalam dunia bola basket Indonesia. Di era-era sebelumnya, Yogyakarta, dengan basis klub dan kompetisi antar sekolah/universitas yang sangat kuat, secara rutin menyumbangkan pemain-pemain berkualitas untuk tim nasional Indonesia. Nama-nama legendaris pernah lahir dan ditempa di kota pelajar ini.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, “pabrik” talenta ini seolah macet. Meskipun gairah terhadap basket di kalangan anak muda Yogyakarta tidak pernah padam—terlihat dari ramainya lapangan-lapangan basket komunitas dan antusiasme terhadap IBL—namun output pemain yang berhasil menembus level elite nasional dirasa sangat menurun. DIY seolah kalah bersaing dengan kota-kota lain seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya dalam hal regenerasi pemain. Inilah yang menjadi keprihatinan utama PP Perbasi.
Tantangan dari Pusat: Tiga Pekerjaan Rumah Utama
Sekretaris Jenderal PP Perbasi, Nirmala Dewi, dalam sambutannya di Rakerprov, menitipkan tiga “pekerjaan rumah” utama yang menjadi tantangan bagi kepengurusan baru Perbasi DIY yang dipimpin oleh Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Purbodiningrat.
1. Memperbanyak Kompetisi di Semua Kelompok Umur: Perbasi pusat menyoroti kurangnya jumlah kompetisi yang terstruktur dan berjenjang di DIY, terutama untuk kelompok umur dini (U-12, U-14, U-16). Tanpa adanya kompetisi rutin, bakat-bakat muda tidak akan terasah dan tidak akan merasakan atmosfer pertandingan yang sesungguhnya.
2. Peningkatan Kualitas Pelatih dan Wasit: Regenerasi pemain tidak akan berjalan tanpa adanya regenerasi tenaga pelatih dan wasit yang berkualitas. Perbasi DIY ditantang untuk menggelar lebih banyak program lisensi dan penataran bagi para pelatih dan wasit di daerahnya agar standar pembinaan dan pertandingan bisa meningkat.
3. Menjalin Sinergi dengan Pemerintah dan Swasta: Untuk menjalankan dua program di atas, dibutuhkan dukungan finansial. Perbasi DIY didorong untuk lebih proaktif dalam menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah (Dinas Pemuda dan Olahraga) dan juga menggandeng sponsor dari sektor swasta.
Harapan di Pundak Kepengurusan Baru
Terpilihnya KPH Purbodiningrat sebagai Ketua Umum Pengda Perbasi DIY periode 2024-2028 membawa harapan baru. Dengan jaringannya yang luas dan komitmennya, ia diharapkan mampu menjawab tantangan dari pusat dan membangkitkan kembali ekosistem basket di Yogyakarta.
Langkah pertama yang akan diambil adalah merumuskan program kerja yang konkret dalam Rakerprov. Fokus utamanya adalah kembali menghidupkan kompetisi-kompetisi junior yang dulu pernah menjadi legenda, seperti kejuaraan antar SMP atau SMA se-DIY, dan memastikan para juara dari kompetisi tersebut mendapatkan jalur pembinaan yang jelas ke level yang lebih tinggi.
Pentingnya sebuah sistem pembinaan berjenjang untuk melahirkan talenta top adalah sebuah kebenaran universal di dunia olahraga. Di bulu tangkis, kita melihat bagaimana debut Alwi dan Felisha di Kejuaraan Dunia senior adalah buah dari pembinaan panjang sejak level junior di Pelatnas. Konsep yang sama inilah yang harus diterapkan secara serius di cabang bola basket.
Untuk mengikuti perkembangan dan program kerja resmi dari federasi bola basket nasional, para penggemar dan pelaku olahraga bisa mengunjungi situs resmi Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PERBASI) (https://perbasi.or.id/).
Membangun Kembali Fondasi ‘Kota Basket’ di Yogyakarta
Pada akhirnya, tantangan yang diberikan oleh PP Perbasi adalah sebuah “tamparan cinta” untuk Yogyakarta. Ini adalah sebuah pengingat akan potensi besar yang dimiliki oleh daerah ini dan sebuah panggilan untuk kembali bekerja keras membangun fondasi dari akarnya. Kebangkitan kembali basket di Yogyakarta tidak akan terjadi dalam semalam. Ini adalah sebuah pekerjaan jangka panjang yang membutuhkan komitmen dari semua pihak: pengurus, klub, pelatih, pemerintah, dan juga masyarakat. Dengan kepemimpinan yang baru dan semangat yang diperbarui, harapan untuk kembali melihat nama-nama pebasket hebat dari Yogyakarta bersinar di panggung nasional kini kembali menyala.